Matahari membangunkanku dengan sekali ketuk pintu
Meraih tanganku yang masih kaku menggenggam selimut
rindu
Aku menemaninya berbincang di beranda
Menyeduh secangkir air mata sebagai pelengkapnya
Ku biarkan sinarnya melahap air mata yang mendidih
di cangkirku
Menghapus kata demi kata dan mengosongkan isi
cangkirku
Aku seperti terpukul jatuh, sejatuh-jatuhnya
Tersungkur di bibir jurang dan ditelan habis,
sehabis-habisnya
Tanpa bius, aku mati rasa
Membaca surat undangan bertulis namamu dengan dia
Semoga Tuhan menyempurnakan cinta kalian berdua
Dan pernikahan sebagai ibadah kepada-Nya
No comments:
Post a Comment