Malam kelam menyelimuti ibukota
Menggiring tidur
anak kota tanpa bapaknya
Di tiup angin sepi di tenggelamkan tanpa sisa
Tak ada hujan, tak ada petir, hanya kosong seperti
biasa
Ibukota duduk memangku belahan jiwanya
Matanya tak lepas memperhatikan dengkur anak kota
Sesekali ia kecup kening anak kota dan berujar dalam
hatinya
“Kasihan kamu nak, sudah lama tidak mendengkur
dengan bapak”
Bapak kota pamitnya pergi keluar kota
Mungkin pulang pun sudah lupa
Mungkin juga ia sengaja mencari ibukota lainnya
No comments:
Post a Comment