Di bawah remang aku duduk membaring pinggang
Menggoyang ingatan menggetar harapan
Melenggang fikir yang semakin fakir
Aku memijat-mijat tengkuk menuju kantuk
Tapi sakitnya menjalar pindah ke ingatan
Ibu mendatangiku menyuruhku ke dalam
Aku hanya menyahut dengan bosan
“Aku menunggu ayah pulang” kataku
Ibu lalu menjawabku dengan isakan
Lama aku bercerita dengan bintang
Bergosip masa kecil dan tertawa riang
Bercanda dengan bintang, berpangku dengan kursi
goyang
Ku biarkan ingatanku terbang melayang-layang
Hingga tiba pada pohon manga di pekarangan
Yang buahnya manis bukan kepayang
Ayah menyuapiku di pangkuan ibu
Diatas rumput hijau bersandar pada pundak ayahku
Tiba-tiba ada yang memecah lamunanku
Perawakannya tinggi, berkumis hitam, berbadan kekar
“Masuklah ke rumah, kalau tidak badanmu akan
kedinginan”
“Baru pulang? Dari rumah perempuan itu lagi?”
“Dasar kencur, usap saja ingusmu” Sambil berlalu
meninggalkanku
Aku pun melanjutkan ceritaku, dan menunggu kembali
ayahku, Ayah 20 tahun lalu
No comments:
Post a Comment